Jumat, 19 Mei 2017

Fiona Reka Mustika-IIP4_NHW#1

Adab Menuntut Ilmu - NHW#1


Bismillahirohmanirohim....

Ditepi pantai disebuah negeri antah berantah ini bersama 2 buah hati saya: Afiqah & Nina yg senantiasa menjadi inspirasi utk optimis menjalani hidup, saya merenungkan bab 1 adab menuntut ilmu, tujuan dan milestone yg akan dicapai..



Semoga saya dapat terus mengisi gelas kosong saya dan terus berkembang menjadi pribadi yang lebih baik, bagi saya, anak-anak, suami, keluarga dan masyarakat.

Prioritas Ilmu yang ingin saya dalami saat ini adalah ilmu mengendalikan diri dalam bersabar dan ilmu komunikasi bersama pasangan yg masih perlu diperbaiki..

Jujur saya tidak memiliki acuan baku dalam mendidik secara profesional untuk ke 2 anak dan keluarga saya.. Semua adalah ilmu jalanan yang saya dapatkan dari tempaan kehidupan yg menjadi lika-liku perjalanan hidup saya.

Saya anak terkecil dari 5 bersaudara di sebuah kota di Jawa Timur dan sejak smu saya bertanggung jawab menghidupi diri saya sendiri, bukan krn ortu saya tidak mampu.. tp krn usia mereka yg tidak lagi muda dan semua finansial telah dicukupkan untuk ke 4 kakak saya dan cukuplah bagi saya utk tdk menambah beban mereka lagi. Saya percaya Allah SWT mempercayakan rezeki bagi semua umat yg giat berusaha. InsyaAllah...

Alhamdulillah atas kehendak Allah SWT kuliah saya full terbiayai beasiswa, dan lgsg diterima bekerja ke Ibu Kota, jauh dr kota kelahiran saya.

Merantau dan Jauh dari bekal ilmu parenting, saya di kala itu tidak punya pengetahuan dlm memasak, merawat anak ya, dan berbenah rumah menjadi list ke sekian utk saya dikala mengejar karir saat itu.

Sebelumnya saya adalah pribadi yang tidak sabar, perfeksionis jauh dari keikhlasan. Allah SWT meningkatkan kesabaran saya selama beberapa tahap, diantaranya melalui tahap sakit.. Sakit yg membuat saya rehat dari hingar bingar karir pekerjaan duniawi dan mendekatkan saya kepada peran mulia seorang wanita menjadi seorang Ibu.. Sakit yg membuat saya kembali bersyukur, atas hari demi hari yg dilewati dari nikmat kesehatan yg telah Allah berikan...
2 bulan saya difonis tdk dpt berjalan, krn penyakit syaraf tulang belakang Multiple Schlerosis yg rupanya tdk main2. Dalam ujian kesabaran, Allah mempertemukan saya dgn suami, ayah dari kedua anak saya Afiqah dan Nina.

Jreng.. jreng.. Tidak lama saya dipinang.. Dan saat itu blm memiliki bekal parenting apapun 😂😂 berbekal kenangan dan contoh teladan yg pernah ditorehkan oleh Ibu saya, ibu yang kuat, optimis, melayani, dan multi tasking. InsyaAllah saya optimis dpt menjalani seperti beliau.

Tidak lama setelah kami menikah, Allah memanggil Ibunda saya tercinta krn penyakit gula yg dideritanya, mohon keikhlasannya dibantu mendoakan Al-Fatihah semoga Ibunda Khusnul Khotimah, Aamiin YRA. Terima kasih atas keikhlasannya mendoakan... 💞

Selepas 2th pernikahan, Allah kembali meningkatkan  derajat kesabaran kami, dengan diambilnya putra pertama kami dlm usia kandungan yg blm genap 6bln krn incompetence servics yg sy alami, lalu dikehamilan ke 2 pun Allah blm mempercayakan calon bayi yg ternyata tdk dpt bertahan lama di dlm kandungan saya.

Kesedihan bertubi-tubi atas kehilangan Ibu dan kedua buah hati saya membuat saya benar-benar pasrah berserah diri, ini rencana terbaik Allah SWT. Ini pula yang menjadi pengingat saya utk ikhlas dan selalu ingat akan penyakit saya yg sewaktu-waktu  dpt di ambil pemilik semesta.

Alhamdulillah 5th yg lalu Anak pertama kami: Aisyah Afiqah lahir dengan selamat. Lalu selang setahun kemudian anak kedua kami: Khayla Nina lahir dengan selamat.
Tanpa ada orang tua yg mendampingi dan membimbing, saya mencoba membesarkan anak-anak dengan cara saya sendiri, mencari ilmu dan menyaringnya yg sesuai dgn kami.

'Kudidik diriku demi anak-anakku.. '

Hanya itulah yg dpt saya perbuat, utk masa depan generasi yg lebih baik, perubahan dimulai oleh diri sendiri. Memperbaiki dan mengisi diri ini agar siap menerima dan menebarkan ilmu positive ke keluarga dan sekitar.

Untuk mencapai tahapan yg lebih baik seperti sekarang, saya telah melalui kehidupan seperti Roller Coaster, finansial yg dibatasi, tdk boleh bekerja diluar rumah membuat saya hrs bekerja online, sambil mengurus anak pertama yg delayed speech di usia 2th, memiliki bayi ke 2 di jarak yang berdekatan dgn serba mandiri, komunikasi dengan suami tidak terjalin lancar berbentur dengan sebuah jawaban apatis, mengerjakan semua tugas rumah tangga seorang diri dan bekerja utk mendapatkan income tambahan.

Banyak yg langsung saya praktikan dalam satu kesempatan: menggali kesabaran dan keikhlasan dlm menjalani peran ibu setelah melahirkan, sambil bekerja online, juga mengurus anak-anak & rumah tangga. Prioritas dan kecekatan sebagai ibu teruji di dalam fase ini.

Problem pertama: Komunikasi dengan pasangan

Hingga 4th pertama menjadi pembelajaran membentuk komunikasi efektif dgn pasangan. Komunikasi passif yg selalu berakhir dengan jawaban 'terserah' dari pasangan membuat saya terlunta-lunta menjalaninya, tdk ada direction tujuan keluarga yg jelas.. Dari ketidak jelasan ini artinya saya hrs membuka pikiran pasangan atas peran kewajiban menjadi sepasang orang tua atas amanah yg Allah titipkan kepada kami, mengajak pasangan utk dpt bergandengan tgn mengurus buah hati, membantu mencari income dan mengurus semuanya sendiri, jauh dari keluarga, tanpa asisten rumah tangga.

Saya percaya Allah menggariskan jodoh saya dgn suami adalah utk saling melengkapi kekurangan kami, utk saling menguatkan, saling berbagi beban dan juga berbagi kebahagiaan. Tidak mungkin terjadi hari ini jika kami tdk saling menurunkan ego kami utk memahami kekurangan satu sama lain, yg dpt kami lakukan utk terus membenahi komunikasi adalah saling mengutarakan maksud hati, mengutarakan apa yg kita harapkan dari pasangan, menghormati suami, menghargai pemikiran pasangan dan bersama-sama merajut impian yg menjadi tujuan bersama.

Ya.. saya bersyukur kondisi demikian yg menguatkan saya dan pasangan utk berusaha lbh baik lagi mendidik anak-anak kami.

Yang dapat kami perbuat adalah:
Mencari metode pembelajaran yang sesuai dgn kondisi keluarga kami, membuat rencana jangka pendek dan panjang dgn pasangan, menjalankan tugas rumah tangga dgn berbagi tugas dan peran, serta menanamkan kemandirian utk Afiqah dan Nina. Alhamdulillah untuk saat ini metode Homeschooling yang kami rasa masih cocok utk AfNin kami jalani bersama. Berbagi peran dengan suami, sebagai pendorong ilmu agama utk anak-anak, one day one surah setelah sholat maghrib bersama ayah. Walaupun lelah setelah pulang kerja, menanamkan akidah adalah hal utama bagi kelg kami.

Untuk tanggung jawab kemandirian, saya tdk byk memberikan tuntutan kepada Afiqah dan Nina. Syukur alhamdulillah dari keteladanan kami setiap hari mereka dgn sendirinya dpt mengerti dan emphaty membantu peran rumah tangga seperti, Afiqah Nina setiap pagi membantu memberi makan-minum hewan peliharaan kami 15 ekor kelinci, 2 ayam, 1 kura-kura dan 1 ekor kucing utk menanamkan tanggung jawab atas makhluk hidup yang bergantung kepada mereka. Tugas suami yg saat ini diambil alih Afiqah adalah menyapu & mengepel, Nina bertanggung jawab membantu membereskan mainan, mereka jg berkolaborasi membuat sarapan sederhana seperti telur goreng dan nasi goreng juga sayur sop utk makanan mereka sehari-hari, dan mencuci piring, gelas yang mereka gunakan.
Untuk ilmu alam, matematis, bahasa dll kami pelajari bersama-sama, setiap hari tema yg kami angkat sesuai dengan minat mereka semisal, muncul rasa penasaran mereka bagaimana reproduksi hewan mamalia, maka kami mencari literatur buku sebagai sumber acuan, dan youtube untuk memberikan gambaran realnya. Jika memungkinkan kami mencoba memfasilitasi mereka utk go to the source dan menjalani prosesnya secara real.

Dalam hal ini posisi kami adalah semua sama-sama murid, yang haus untuk belajar, tanpa saling menggurui.

Problem ke dua: Sabar dan ikhlas menjalani peran Ibu

Jika diukur, awal kadar kesabaran saya sangaatlah minim, jika pada awalnya level kesabaran saya (skala 1-10) ada di skala 2, masih sgt minim suka meletup-letup dan saya yg perfeksionis, lbh percaya dgn kemampuan sendiri drpd orang lain. Walaupun setelah Allah menempa saya dengan beberapa keadaan bertubi-tubi, level kesabaran sdh mulai bisa menerima keadaan dan berada di level 6, jg bisa dikatakan tetap perlu di upgrade lagi.

Saat ini masih beberapa kali terjadi ledakan emosi yang berakhir pada anak-anak.. Lelah, letih yang tdk tersalurkan membuat saya jenuh menjalani rutinitas kehidupan.

Salah satu upaya yg saya lakukan adalah terus berusaha bekerja dirumah utk mendapatkan income tambahan, dan memberikan project homeschooling utk Afiqah dan Nina agar kami masing-masing memiliki 'me time utk bereksplorasi'. Dalam hal ini yg menjadi minat mereka saat ini adalah membuat kue, di IG: afnincookies adalah project pertama mereka.
Bukan project yg saya prakarsai, krn saya pribadi tdk bisa membuat kue enak 😁 tp Alm.Ibu saya sangat piawai membuat kue lezat. Pada awalnya Afiqah belajar dari youtube dan terus mencoba memperbaiki resepnya sampai saya dan suami merasa resep yg ia temukan itu sgt enak dilidah. Dan mereka enjoy melakukannya, maka kami fasilitasi mereka utk membuka order.

Dari income usaha saya memproduksi sprei waterproof dan usaha anak-anak dari project Afnin Cookies ini kami gunakan utk kebutuhan homeschooling kami, seperti mengenal budaya dan adat istiadat nusantara dgn pergi ke Taman Mini Indonesia Indah, jika ada budget lebih kami pergi ke suatu daerah baru dengan transportasi kereta api, bis yang murah meriah dan juga promo budget airlines disetiap perjalanan sambil mengajarkan mereka utk dpt menjalani kehidupan dgn sederhana, secukupnya sehingga kelak jika mereka ada dititik bawah tidak akan kesulitan utk menerima dan menyesuaikan diri, dan dpt mengangkat derajat orang lain melalui usaha yg mereka ciptakan.
Insyaallah dalam setiap perjalanan saya sedang menciptakan memory indah kebersamaan, pengingat masa kecil mereka, hanya rahasia Allah yg tahu seberapa lama kebersamaan ini dpt kami lalui bersama.



Dalam keseharian yang telah padat, dengan kemauan 2 anak yang berbeda watak.. Sering kali emosi tidak kuasa terlampiaskan. Walaupun ucapan maaf telah diutarakan dan telah saling memaafkan. Saya percaya saya telah menorehkan luka di dalam hati mereka.

Ketakukan terbesar yg saya sesali adalah, saya akan meninggalkan sebuah torehan luka dalam pada anak-anak ketika kelak mereka dewasa... Saya tdk ingin meninggalkan kenangan yang buruk utk mereka hadapi di masa mendatang.
Untuk itu prioritas ilmu yg ingin saya terus upgrade adalah Ilmu kesabaran dan memperbaiki diri ini agar dpt meninggalkan kenangan-kenangan indah bagi anak-anak dan suami..

Hidup ini adalah pilihan.. Dan pilihan saya: menyadari limit keterbatasan diri, menerima hidayah dan memperbaiki diri agar bahagia dan bermanfaat bagi orang lain...

Mari sama-sama belajar dan mengisi gelas kita agar senantiasa selalu mudah menerima hidayah... Mohon bimbingan dari yth Ibu Peni Septi Wulandari, Ibu Sukeng fasilitator kami, Ibu Ami ketua IIP4 Jkt 1 dan semua teman-teman yg tergabung dalam 72 member Jkt 1, mari kita saling mensupport, saling menguatkan dan bangkit menjadi Ibu Professional 💖




Fiona Reka Mustika, IIP4_#NHW1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar